REALITAS LANSKAP

multilanskap

disadur dari Maarten Jacobs.2006. The Production of Mindscapes:  a comprehensive theory of landscape experience

Seseorang dapat membagi realitas menjadi tiga mode yang berbeda: realitas fisik, realitas sosial dan realitas batin. Pada setiap mode yang berbeda, lanskap muncul dalam fenomena yang juga berbeda. Jacobs menyebut tiga fenomena lanskap ini dengan istilah matterscape, powerscape dan mindscape.

Matterscape adalah realitas lanskap dalam bentuk fisik. Eksistensi fenomena fisik tidak tergantung kepada keinginan, suasana hati, mood atau kesadaran seseorang. pohon-pohon dan batu-batu itu ada, terlepas dari anda sadar atau tidak, suka atau tidak. Matterscape adalah realitas material yang digambarkan sebagai suatu sistem fakta dimana hukum alam berlaku.

Powerscape adalah realitas lanskap dalam bentuk sosial. Realitas sosial budaya terdiri dari aturan -tertulis atau tidak tertulis- yang mengatur perilaku seseorang anggota sosial grup. Aturan-aturan ini dibentuk dan diekspresikan oleh kekuasaan. Tanpa kekuasaan, aturan menjadi nonsense: Orang dapat dapat menebang pohon tanpa konsekuensi apapun. Realitas sosial adalah inter-subjektif. Tercipta antara subyek dengan kelompok sosialnya. Karena ada banyak kelompok, maka ada banyak realitas sosial. Seorang dapat menjadi anggota dari banyak kelompok pada skala yang berbeda, tanpa sadar atau secara sukarela. Powerscape adalah sistem norma dan tujuan yang kadang-kadang dirumuskan dalam bentuk undang-undang, aturan, peraturan dan rencana pemerintah, atau terwujudkan dalam adat dan tradisi. Mengatur bagaimana anggota masyarakat tertentu berperilaku terhadap lanskap.

Mindscape adalah realitas lanskap dalam batin. Didasari oleh kesadaran, pengalaman atau imajinasi. Realitas ini bersifat subjektif. Jumlah realitas batin ini dengan jumlah kesadaran subyektif di dunia. Dihasilkan oleh pengalaman. Sistem individu atas penilaian, perasaan dan pemberian makna kepada lanskap.

Matterscape, powerscape dan mindscape adalah fenomena yang berbeda. Salahsatunya karena epistemologi, atau dengan kata lain, cara mendapatkan dan memvalidasi pengetahuannya

Pengetahuan tentang matterscape dihimpin oleh disiplin yang mengkaji fakta-fakta alam seperti ekologi, geologi, hidrologi, ilmu tanah dan ilmu lingkungan. Fakta dan hukum alam yang menggambarkan lanskap berlaku untuk semua orang. Misal, air mengalir ke bawah mengikuti hukum gravitasi, atau ke atas akibat gejala kapilaritas.

Pengetahuan tentang powerscape berasal dari disiplin ilmu yang berurusan dengan penelitian sosial, seperti sosiologi, geografi sosial, etika dan ekonomi. Disiplin ini mengumpulkan pengetahuan tentang norma dan kepentingan yang menghubungkan berbagai kelompok masyarakat dengan lanskap dan tentang proses sosial yang menyertainya.Norma-norma yang membentuk powerscape tidak berlaku universal. Setiap tempat atau kelompok sosial memiliki powerscape masing-masing.

Pengetahuan tentang mindscape diperoleh dari disiplin seperti psikologi lingkungan dan geografi manusia. Jacobs menyebutnya ‘experience sciences’. Disiplin ini menyelidiki bagaimana pengalaman lanskap seseorang dan apa makna lanskap bagi seseorang. Nilai dan makna berlaku hanya untuk individu. Beberapa individu yang berbeda dapat memiliki preferensi yang sama, atau seseorang dapat berbeda dengan cara pandang mayoritas terhadap lanskapnya.

——–

Jadi misalnya, anda lahir sebagai anggota suatu masyarakat adat yang kemudian kemudian berkuliah di kota lalu bekerja sebagai forest ranger di suatu taman nasional di Indonesia, bagaimana realitas lanskap anda? apa saja yang diyakini sebagai sesuatu “yang benar” lalu anda praktekkan ?

Terimakasih kepada mbak Vera Damayanti atas pencerahannya